Browse Items (539 total)
Sort by:
-
PENGARUH MODEL CONNECTING, ORGANIZ ING, REFLECTING, EXTENDING (CORE )TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang diindikasikan peserta didik kurang mampu untuk fokus pada saat pembelajaran, menjadikan peserta didik kurang mampu menginterpretasikan konsep yang telah dipelajari, kurang mampu mengklasifikasikan konsep, serta tidak mampu merangkum konsep yang telah dipelajari sehingga kesulitan dalam menyimpulkan materi, daya pikir kritis kurang terlatih, dan daya ingat peserta didik dalam memahami suatu konsep/informasi tidak bertahan lama. Penelitian ini dilaksanakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent Control Group Desaign. Populasi pada penelitian ini melibatkan seluruh peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Negeri 255 Griya Bumi Antapani Bandung. Pengambilan sampel yang diambil hanya dua kelas yang berjumlah 60 orang, yang berasal dari kelas eksperimen 30 orang dengan menggunakan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dan Kelas kontrol 30 orang. Pengambilan data menggunakan instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan lembar observasi. Data hasil pretest dan postest siswa kemudian dianalisis menggunakan SPSS. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah uji normalitas yang memperoleh hasil pretest kelas kontrol : 10,70 dan kelas eksperimen : 10,97 sedangkan hasil posttest kelas kontrol : 0,486 dan kelas eksperimen : 0,353 , setelah itu dilakukan uji homogenitas yang memperoleh hasil pretest 0,907 dan postest 0,198 , hasil uji perbedaan rata-rata (uji t) pretest 0,550 dan posttes 0,000 dan memperoleh uji normal gain 0,000 yang rata-rata N-Gain kelas eksperimen : 0,59 sedangkan rata-rata N-Gain kelas kontrol : -0,01. Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka peneliti menyimpulkan bahwa, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep di sekolah dasar. Oleh karna itu hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pemahaman konsep peserta didik setelah penerapan model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar” dapat diterima. -
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR EKONOMI DAN BISNIS
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran PBL terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK Bina warga kelas X yang sedang mempelajari mata pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis. Penarikan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive, sehingga dipilihlah kelas X-Akuntansi 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-Akuntansi 2 sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa dari masing-masing sampel adalah 35 siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama diberikan pretest berupa tes tulis pada kelas kontrol dan eksperimen sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, dan pada pertemuan kedua diberikan postest setelah selesai kegiatan pembelajaran. Kelas kontrol menggunakan model/metode pembelajaran yang biasa digunakan guru mata pelajaran tersebut sedangkan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PBL. Data hasil pretest dan postest diolah menggunakan SPSS IBM versi 21 dan Microsoft Excel untuk dianalisis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik non-parametrik uji Mann Whitney. Hasil pengujian menunjukan bahwa kelas yang menggunakan model pembelajaran PBL memiliki keunggulan, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang signifikan dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran tersebut. Keunggulan tersebut dilihat dari indikator berpikir kritis yang mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi serta mencipta yang lebih baik setelah menggunakan model pembelajaran PBL. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka disarankan untuk menggunakan model pembelajaran PBL dalam kegiatan belajar mengajar agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan dengan baik sehingga mengalami peningkatan, selain itu model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dimana siswa dituntut untuk benar-benar aktif karena siswa berperan sebagai pusat pembelajaran. -
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ulangan harian ekonomi sebelumnya, rata-rata nilai siswa yaitu 68,00. Hal ini berarti bahwa hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi masih rendah yakni dibawah nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah tersebut yaitu 78 dari skor ideal 100. Rendahnya rata-rata nilai mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS disebabkan oleh beberapa faktor yaitu bisa berasal dari siswa, guru, maupun dari lingkungan. Penyebab dari siswa yaitu pengetahuan siswa rendah, daya tangkap siswa rendah, cara berpikir siswa masih belum dikatakan kreatif, sikap siswa dalam belajar cenderung malas, dan penyebab dari guru yaitu metode pembelajaran yang digunakan belum tepat, gaya belajar monoton dan kurang merangasang siswa untuk berpikir kreatif. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu sebuah inovasi dalam proses pembelajaran dengan memilih model pembelajaran yang cocok dengan kurikulum 2013 agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta dapat meningkatkan cara berpikir kreatif siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat menuntun siswa menjadi pemikir yang kratif adalah model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning ini adalah model pembelajaran yang akan lebih menuntut siswa untuk mencari dan menggali sendiri konsep dan pemahaman dalam belajar. Model Discovery Learning juga termasuk ke dalam model-model yang beriorientasi pada pemroresan informasi dengan membantu siswa mengembangkan metode atau cara-cara memroses informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Untuk menangani masalah peserta didik yang kurang kreatif maka model pembelajaran ini cocok untuk meningkatkan kreativitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 11 Bandung dengan pemilihan sampel berdasarkan purposive sampling dimana sampel tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Sehingga terpilih sampel XI IPS 2 yang menjadi kelas eksperimen dan XI IPA 2 yang menjadi kelas kontrol. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan tes dan lembar observasi. Tes yang digunakan berupa pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa secara tertulis dan lembar observasi untuk kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini diperoleh sebagai berikut, (1) Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif secara tertulis siswa SMA setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning (2) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif secara tertulis siswa SMA yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran Scientific pada umumnya. -
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji pengaruh metode eksperimen terhadap peningkatan pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar, Penyampaian materi oleh pendidik masih menggunakan model pembelajaran konvensional atau ceramah yang sebagian besar hanya memberikan informasi dan penugasan. Hal ini Penelitian ini dilatar belakangi pada masalah pengaruh peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik dengan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori E. Mulyasa (2011) tentang tentang metode eksperimen dan pengertiannya. Teori Anderson dan Karthwohl (2011) tentang pemahaman konsep IPA. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif dengan sampel peserta kelas V A dan B dengan jumlah masing-masing 20 peserta didik, instrument yang digunakan berupa tes uraian yang telah diuji sebelumnya dengan validitas dan reliabilitas. Hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman setelah diberikan perlakuan metode eksperimen dikelas eksperimen dan menggunakan model konvensional di kelas kontrol. Maka didapatlah skor nilai rata-rata kelas eksperimen 82 dan 70 untuk nilai rata-rata kelas control. -
PENGARUH PENERAPAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI
Penelitian ini berjudul, Pengaruh Penerapan Model Jigsaw dalam Meningkatkan Kecerdasan Sosial Siswa Pada Pembelajaran Seni Tari. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap peningkatan kecerdasan sosial peserta didik. Rumusan masalah penelitian dirumuskan sebagai “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap peningkatan kecerdasan sosial peserta didik ?”. Metode penelitian yang digunakan dengan sifat penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design. Populasi penelitian ini adalah peserta didik SD Negeri 005 Babakan Ciparay Kota Bandung. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Hasil dari data penelitian terlihat bahwa terdapat peningkatan kecerdasan sosial siswa pada pembelajaran seni tari dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dapat dilihat dari hasil uji-t pada bagian sig(2-tailed)tidak menunjukkan perbedaan peningkatan kecerdasan sosial pada posstest yang diperoleh 0, 952 hal ini menunjukkan 0,952 > 0,05, maka Ho diterima artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kecerdasan sosial peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diterapkannya perlakuan. -
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE PAIR CHECK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji pengaruh model cooperative learning type pair check terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematika peserta didik pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar. Populasi penelitian ini ialah peserta didik SD Negeri Ciptawinaya Baleendah. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, penarikan sampel ditentukan dengan cara random sehingga terpilihlah peserta didik kelas IV A untuk kelas eksperimen dan peserta didik kelas IV B untuk kelas kontrol sebagai objek penelitian. Jumlah peserta didik dari masing-masing kelas yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdiri atas 20 peserta didik. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu dengan membuat desain RPP sebanyak tiga kali pertemuan untuk masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang dikumpulkan berupa hasil pretest dan posttest peserta didik tersebut kemudian dianalisis dengan software SPSS V.22 untuk melihat pengaruh model pembelajaran. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji normalitas, uji homogen dan uji-t menunjukkan bahwa model cooperative learning type pair check memiliki keunggulan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model konvensional secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematika peserta didik. Keunggulan itu baik dilihat dari masing-masing indikator kemampuan pemahaman matematika yang mencakup mencontohkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada guru kelas IV untuk menggunakan model cooperative learning type pair check sebagai salah satu alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematika peserta didik di sekolah dasar. -
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah mengenai peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik yang rendah, terutama pada mata pelajaran etika profesi. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh Informasi mengenai Model Time Token.Pada mata pelajaran etika profesi dalam peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik.Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik SMKS Bina Warga Bandung dengan jumlah sebanyak 60 peserta didik. Penarikan sampel secara random sehingga terpilih peserta didik kelas X-Akuntansi 1 untuk kelas eksperimen dan peserta didik kelas X-Akuntansi 2 untuk kelas kontrol sebagai objek penelitian. Jumlah masing – masing peserta didik yaitu kelompok ekperimen dan kelompok kontrol terdiri atas 30 peserta didik. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling karena teknik penentuan sample dengan dasar pertimbangan tertentu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy eksperimen Nonequivalent Control Group Design. Sifat penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Data yang telah dikumpulkan berupa hasil pre-test dan post-test yang diberikan pada awal dan akhir pertemuan. Data hasil pre-test dan post-test peserta didik tersebut kemudian dianalisis dengan software SPSSversi 22 untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik menggunakan model Time Token. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji t dan uji gain yang menunjukan bahwa model Time Token dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru. Peningkatan tersebut dilihat dari setiap indikator hasil belajar peserta didik yang mencakup kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal. Kesimpulannya dari hipotesis yang menyatakan berdasarkan pengujian terhadap informasi yang diperoleh dapat disimpulkan terdapat perbedan hasil belajar ketika diterapkan model Time Token. Berdasarkan pembuktian bahwa hipotesis yang berbunyi “ Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik setelah diterapkannya model Time Token” dapat diterima. Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV, bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang dapat dilihat dari hasil uji t. -
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA HASIL BELAJAR
Penelitian ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Terhadap Peningkatkan Semangat Belajar Siswa Dan Implikasinya Pada Hasil Belajar, yang di tulis oleh Solihatul Fadila, dengan dosen pembimbing Euis Eka Pramiarsih dan Ria Herdhiana. Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji penggunaan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran komunikasi bisnis terhadap semangat dan hasil belajar siswa. Populasi penelitian ini ialah SMK Negeri 3 Bandung. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, penarikan sampel ditentukan dengan cara Sampling Purposive sehingga terpilihlah 34 masing-masing sampel dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, tes, angket dan dokumentasi. Hasil observasi terhadap penggunaan model pembelajaran snowball throwing sangat baik. Data hasil penelitian tersebut diolah dan dianalisis oleh software SPSS. Hasil pengujian dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, uji t, uji gain dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model snowball throwing dapat meningkatkan semangat dan hasil belajar pada siswa, dan seluruh indikator terhadap semangat dan hasil belajar tercapai. Keunggulan dari model ini sangat bermanfaat dan sebagai alternatif dari pembelajaran yang menginginkan semangat dan hasil belajar yang baik. -
PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TUTORIAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemandirian belajar peserta didik pada pembelajaran. Peserta didik yang memiliki kemandirian belajar cenderung dapat belajar lebih baik, mampu mengambil keputusan, berpikir ke depan, memiliki rasa tanggung jawab terhadap belajar, dapat mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu belajar secara efisien serta tidak bergantung pada orang lain secara emosional. Kenyataan dilapangan peneliti menemukan permasalahan yaitu kurangnya kemandirian belajar pada pembelajaran spreadsheet / pengolah angka, salah satu faktor penyebab diantaranya yaitu kurangnya ketersediaan media pembelajaran yang sesuai dengan kemandirian belajar.Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji media video tutorial dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental design dengan desain penelitian nonequivalent control group design dan penelitian bersifat kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik di SMKS Bina Warga Bandung Kelas X Akuntansi, dimana X akuntansi 1 adalah kelas eksperimen dan X akuntansi 2 adalah kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi kemandirian belajar dan observasi pelaksanaan pembelajaran. Teknik analisis data dengan uji hipotesis.Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran video tutorial lebih efektif digunakan dalam pembelajaran spreadsheet/pengolah angka dalam meningkatkan kemandirian belajar peserta didik dibandingkan modul digital spreadsheet -
PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR
Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang penerapan model think pair share dalam meningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar.
Teori yang digunakan adalah Trianto (2010: 81) menyatakan bahwa modelpembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis pembel ajaran kooperatif yang dirancang agar dapat mempengaruhi pola interaksi peserta didik.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan sifat penelitian kualitatif dan kuantitatif Sugiyono (2013) Penelitian kualitatif ialah Metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat postivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Desain penelitian yang digunakan quasi experimental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV di SDN Cicalengka 10. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini berupa lembar observasi afektif dan psikomotor peserta didik dan tes tertulis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini uji normalitas, uji homogenitas, uji t, dan uji gain. Hasil lembar observasi menggambarkan hasil belajar peserta didik.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar. Uji statistik menunjukkan bukti di kelas eksperimen terdapat meningkatkan hasil belajar yang terlihat pada uji t 0,017.
-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah mengenai rendahnya hasil belajar aspek kognitif peserta didik, terutama pada mata pelajaran Matematika. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran dan informasi tentang; penerapan model pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI) untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif peserta didik pada materi bangun ruang sederhana disekolah dasar, Peningkatan hasil belajar aspek kognitif peserta didik di kelas sekolah dasar mengenai materi bangun ruang sederhana setelah menggunakan model pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI). Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik SDN Ciwidey 6 dengan jumlah sebanyak 52 peserta didik. Penarikan sampel dengan sampel jenuh sehingga terpilih peserta didik kelas V A untuk kelas eksperimen dan peserta didik kelas V B untuk kelas kontrol sebagai objek penelitian. Jumlah masing-masing peserta didik yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdiri atas 26 peserta didik. Teknik sampel yang digunakan adalah sampel jenuh karena seluruh populasi dijadikan sampel. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen nonequivalent control group design. Sifat penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Data yang telah dikumpulkan berupa hasil pretest dan posttest yang diberikan pada awal dan akhir pertemuan. Data hasil pretest dan posttest peserta didik tersebut kemudian dianalisis dengan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji t ataupun uji N-gain. setelah diberikan perlakuan model pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI) terdapat peningkatan hasil belajar aspek kognitif bahwa terdapat peningkatan hasil belajar aspek kognitif setelah menggunakan model pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI) dan peningkatan hasil belajar aspek kognitif yang menggunakan model pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI) lebih baik daripada yang menggunakan model pembelajaran konvensional.