Browse Items (539 total)
Sort by:
-
Penerapan Model Pembelaaran Make a Match Berbantuan Media Powerpoint Interaktif untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa
Penelitian ini berjudul Penerapan model pembelajaran Make a match berbantuan PowerPoint Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas belajar siswa. Judul ini diambil dengan dilatarbelakangi oleh kurangnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pengantar ekonomi dan bisnis. Materi Pengantar Ekonomi Bisnis pada Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Jurusan Akuntansi termasuk ke dalam kelompok C ( Peminatan ). Program peminatan pada SMK memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan dalam bidang kejuruan, program kejuruan, dan paket kejuruan. Dalam kenyataan masih banyak siswa/siswa Sekolah Menengah Kejuruan pada jurusan akuntansi yang kesulitan dalam mempelajari materi Pengantar Ekonomi dan Bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang penerapan model pembelajaran make a match berbantuan powerpoint interaktif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran make a match berbantuan powerpoint interaktif dengan Nonequivalent Control Group Design . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMKN Kota Bandung. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak dua kelas. Kelas X AK 1 yang berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran make a match berbantuan powerpoint interaktif dan kelas X AK 3 yang berjumlah 33 siswa sebagai kelas kontrol dengan diberikan pembelajaran modul make a match. Instrument yang digunakan untuk penelitian ini Pre-test dan Post-test Aktivitas belajar siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol. Analisis data aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji T. sedangkan hasil lembar observasi menggambarkan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut. (1) Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran make a match berbantuan powerpoint interaktif. (2) Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran make a match berbantuan powerpoint interaktif lebih baik daripada aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran make a match. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
VISUAL, AUDITORY, KINESTETIK (VAK) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI SISWA KELAS IV DI SD CIPAGALOTujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran Visual, Auditory,Kinestetik (VAK) pada kelas eksperimen terhadap kreativitas seni tari dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya kreativitas belajar perserta didik dalam pembelajaran seni tari, terutama dari dalam diri perserta didik masih kurangnya pengetahuan tentang pembelajaran seni tari. Populasi dalam penenlitian ini yaitu Perserta didik SDN Cipagalo 02 kelas IV A 25 siswa untuk kelas eksperimen dan kelas IV B 25 orang untuk kelas control. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi terdapat lembar observasi guru yaitu lembar observasi yang menerapkan model pembelajaran VAK dan lembar observasi perserta didik yaitu lembar observasi penilaian kreativitas perserta didik yang telah di judgement expert kepada dosen yang ahli dalam bidangnya. Data hasil observasi akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut dianalisis dengan menggunakan Independent-Sample T-Test untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran. Hasil rata-rata peningkatan kreativitas pada kelas eksperimen yaitu sebesar 41,4 dan nilai rata-rata kreativitas kelas kontrol sebesar 26,96 .Berdasarkan hasil rata-rata peningkatan kreativitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kreativitas peserta didik pada mata pelajaran seni tari di sekolah dasar. Model pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik (VAK) ini layak digunakan dan dapat disarankan kepada pendidik untuk menggunakan model pembelajaran tersebut sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam mata pelajaran seni tari sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran seni tari, khususnya untuk meningkatkan kreativitas peserta didik pada mata pelajaran seni tari. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLASE PADA PEMBELAJARAN SBDP KELAS III SEKOLAH DASAR
Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Explicit Intruction untuk Meningkatkan Keterampilan Kolase pada Pembelajaran SBdP Kelas III Sekolah Dasar”. Masalah yang diteliti adalah mengenai rendahnya keterampilan kolase peserta didik, terutama dalam diri peserta didik yang masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran kolase. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur peningkatan keterampilan kolase peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Intrcution. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shoimin (2014) untuk model Explicit Intruction dan Syakir Muharar dan Sri Verrayanti (2013) untuk kolase. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan desain Noneequivalent Control Group Desain. Populasi yang digunakan seluruh kelas III-A dan III-C dan menggunakan sampel sebanyak 60 orang peserta didik dengan sampel jenis sampling purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar observasi dan tes praktek keterampilan kolase dengan teknik analisis data dilakukan secara statistik parametrik menggunakan aplikasi software SPSS 22. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan kolase pada peserta didik menggunakan model Explicit Intruction. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DI SMA
Latar belakang penelitian ini yaitu rendahnya kemampuan peserta didik, hal tersebut ditandai dengan sikap peserta didik dalam kegiatan pembelajaran masih terlihat tidak konsentrasi, kurangnya partisipasi peserta didik dalam belajar, permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, faktor peserta didik yang kurang siap dalam belajar dan kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan oleh guru serta materi yang disampaikan masih dengan model pembelajaran yang tidak melibatkan siswa aktif. Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually, Repetition (AIR) untuk meningkatkan kemampuan peserta didik di SMA. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Metode penelitian yang digunakan yaitu pengumpulan data pustaka, dengan sumber data yang diambil dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari beberapa jurnal yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat meningkatkan kemampuan peserta didik di SMA. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi Meta Analisis)Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh suatu model pembelajaran Auditory, Intelectually and Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa berdasarkan beberapa kategori. Metode pada penelitian ini yaitu deskriptif dengan desain penelitian Meta-Analisis. Meta-analisis yaitu penelitian dengan mengumpulkan data dari penelitian yang telah ada untuk dicari effect size. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah (1) Menetapkan domain penelitian, (2) Mencari dan mengumpulkan artikel jurnal atau skripsi, (3) Mengekstrak penelitian, (4) Menghitung effect size per penelitian, (5) Menganalisis effect size. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intelectually and Repetition (AIR) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dengan besar pengaruh (effect size 0.668 dan dalam kriteria yang sedang, Materi yang memiliki pengaruh terbesar yaitu ada pada materi bilangan dengan nilai effect size 1.490. Nilai effect size pada tahun 2016-2020 mengalami naik turun tetapi pada tahun 2019 adalah yang memiliki pengaruh terbesar yaitu dengan nilai effect size 0.733. Wilayah yang memiliki besar pengaruh tertinggi yaitu pada pulau Sumatra dengan nilai effect size 0.765 dan berada pada kriteria sedang.
-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus Kelas V SD Mutiara pada Mata Pelajaran IPA)Latar Belakang dalam penelitian ini adalah siswa belum mencapai hal-hal yang dapat diklasifikasikan dalam kategori dapat menguasai kemampuan memecahkan masalah siswa kelas V SD Mutiara Kota Bandung. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan suatu masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen setelah menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu metode eksperimen dengan sifat penelitian kuantitatif dan desain penelitian quasi eksperimen dan desain yang dipilih yaitu Nonequivalent Control Group Design. Subjek dalam penelitian ini yaitu VA sebagai kelas eksperimen dan VB sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen test uraian dan teknik analisis data dengan statistic parametric menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 24. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah serta peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen lebih signifikan dibandingkan peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA
Tujuan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA” ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan perbedaan penerapan model pembelajaran CLIS pada kelas ekperimen terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Rumusan masalah penelitian ini yaitu “Apakah penerapan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik” dan “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kognitif, yang menggunakan model Children Learning In Science (CLIS) dengan metode konvensional”. Populasi dalam penelitian ini yaitu peserta didik di SDN 163 Buahbatu Baru Bandung.Sampel penelitian ini siswa kelas V. Hasil dari data penelitian tes terlihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA, dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat dilihat dari uji-t pada bagian sig (2-tailed) menunjukan 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar peserta didik antara kelas ekperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan sesudah perlakuan. Perbedaan ini menyatakan bahwa kelas ekperimen lebih unggul dan lebih baik hasilnya dapt dilihat melalui rata-rata hasil belajar IPA peserta didik dikelas ekperimen yang menggunakan model CLIS. Berdasarkan pembuktian hipotesis yang berbunyi “terdapat perbedaan hasil belajar kognitif yang signifikan setelah diterapkannya model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)” maka H1 hipotesis diterima. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIS PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
Judul penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas III Sekolah Dasar. Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematis Peserta Didik Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis melalui model contextual teaching and learning (CTL) dan mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis menggunakan model contextual teaching and learning (CTL) dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan sifat penelitain kuantitatif. Sampel berjumlah 50 peserta didik, 25 orang di kelas kontrol dan 25 orang di kelas eksperimen.. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa: (1) Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman matematis melalui model contextual teaching and learning (CTL) di kelas III Sekolah Dasar; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis menggunakan model contextual teaching and learning (CTL) dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Peserta Didik di Sekolah Dasar. Hj. Euis Eka Pramiarsih selaku pembimbing I dan Nuri Annisa selaku pembimbing II. Studi Pustaka ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan membaca pada peserta didik dalam memahami isi dari bacaan tersebut, guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional tidak menggunakan model pembelajaran khusus untuk pembelajaran membaca. Hal ini ditunjukkan dengan data awal kemampuan peserta didik dalam membaca cenderung rendah. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kemampuan membaca menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Pustaka yang dilakukan pada beberapa penelitian yang relevan yang sesuai dengan pembahasan dan menggunakan sifat penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis kumpulan data sekunder. Hasil rata-rata nilai pada data yang telah dianalisis terdapat peningkatan pada tahap akhir. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik di sekolah dasar dan dapat disimpulkan bahwa pertanyaan masalah yang berbunyi “Apakah model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik” dapat terjawab dengan hasil akhir yang menyatakan dengan penerapan model pembelajaran CIRC kemampuan membaca peserta didik di sekolah dasar terdapat peningkatan yang signifikan. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP RESUME UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas penerapan model pembelajaran cooperative learning type Group Resume untuk meningkatkan keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran cooperative learning type Group Resume pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis dan apakah model Group Resume merupakan model yang efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis. Tujuan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan penerapan model pembelajaran cooperative learning type Group Resume pada mata pelajaran di sekolah dasar dan mendeskripsikan efektivitas penerapan model pembelajaran cooperative learning type Group Resume terhadap peningkatan keterampilan menulis peserta didik di sekolah dasar. Peneliti menggunakan teori keterampilan menulis dari Marwoto 1987 (dalam Dalman 2016: 4) dan Tarigan (2013: 03-04). Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif menggunakan metode studi dokumentasi, berdasarkan studi dokumentasi yang telah dilakukan pada enam buah penelitian relevan yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning type group resume. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis mengalami peningkatan pada mata pelajaran bahasa Indonesia sebesar 20-75% dan siswa menjadi lebih aktif. -
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Team Assisted Individualization Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Judul ini diambil dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar yang kurang pada siswa pada pembelajaran analisis siklus akuntansi. Model pembelajaran Cooperative tipe Team Assisted Individualization merupakan salah satu model pembelajaram yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dalam aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Tujuan penelitian ini untuk penerapan penerapan model pembelajaran Cooperative tipe Team Assisted Individualization dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bersifat kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitia ini menggunakan Quasi Eksperimental dan dengan menngunakan desain kelompok Nonequivalen Control Group Design. Adapun sampel yang diambil yaitu dengan cara Sampling Purposive sehingga terpilihlah siswa kelas XI Akuntansi 2 untuk kelas eksperimen dan XI Akuntansi 1 untuk kelas kontrol di SMK Negeri 3 Bandung sebagai objek penelitian. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diadakan pretest dan posttest. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, unjuk kerja dan tes tertulis. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi, lembar unjuk kerja dan lembar soal tes.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh menggunakan statistik dengan bantuan tetnik SPPS versi 23 dan Microsoft Excel diperoleh nilai peserta didik dalam pembelajaran analisis siklus akuntansi perusahaan dagang mengalami perubahan yang signifikan. Terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan model Team Assisted Individualization yang dibuktikan melalui uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Team Assisted Individualization, maka hipotesis penelitian diterima
-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON
EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN PEMEROLEHAN
KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA MURID KELAS IV
SEKOLAH DASARPenelitian ini berjudul ’’Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples untuk
Meningkatkan Pemerolehan Kosakata Bahasa Inggris pada Murid Kelas IV Sekolah
Dasar’’. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana penerapan model
pembelajaran examples non examples dalam meningkatkan pemerolehan kosakata bahasa
Inggris pada murid kelas IV sekolah dasar. Selain itu, juga menerangkan apakah model
pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan pemerolehan kosakata bahasa
Inggris pada murid kelas IV sekolah dasar.
Dalam penelitian ini digunakan teori Shoimin (2017). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Partisipan dalam
penelitian ini terdiri atas lima orang yaitu, tiga peserta didik, seorang guru bahasa Inggris,
dan peneliti sebagai pengamat (observer). Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan tes.
Penelitian dari penggunaan model pembelajaran examples non examples ini
menunjukkan, terdapat peningkatan pemerolehan kata kerja pada peserta didik kelas IVA
di SDN Rancamanyar 1 Kabupaten Bandung. Hal itu terlihat saat pembelajaran
berlangsung, ketika pendidik melakukan tanya jawab dengan peserta didik, juga terbukti
dari hasil observasi, wawancara, dan tes. Dari ketiga peserta didik yang telah ditentukan
sebelumnya, terbukti dua peserta didik yang dikategorikan memiliki tingkat kemampuan
berbahasa Inggris tinggi dan sedang, peningkatannya dapat mencapai skor maksimal yaitu
100. Sementara seorang peserta didik yang dikategorikan memiliki tingkat kemampuan
berbahasa Inggris rendah dapat mencapai skor di atas KKM (kriteria ketuntasan
minimal) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 85.